Senin, 11 Maret 2013

Kebanyakan Konsumsi Garam Bikin Penyakit Autoimun Makin Mewabah

Jakarta, (detikHealth) Mungkin banyak yang belum tahu apa itu penyakit autoimun. Ini adalah penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehatnya sendiri. Contohnya seperti diabetes tipe 1, psoriasis, multiple sclerosis dan rheumatoid arthritis.

Padahal menurut Department of Health and Human Services Office on Women's Health, AS, di Amerika saja ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun yang menyerang 23,5 juta orang Amerika.

Selama ini para pakar hanya tahu jika penyakit autoimun muncul akibat tubuh memproduksi sel-sel kekebalan atau sel darah putih bernama TH17 secara berlebihan. Namun hingga kini para pakar belum dapat menentukan mengapa sejumlah orang menghasilkan lebih banyak TH17 dibanding orang lain. Tapi ada tiga studi terpisah yang dipublikasikan dalam jurnal Nature yang mengklaim menemukan sejumlah petunjuk.

Peneliti mencatat bahwa kasus penyakit autoimun terbanyak terjadi di negara-negara Barat. Dari situ para peneliti percaya ini terjadi karena faktor lingkungannya yang berubah, terutama soal gaya hidup dan kebiasaan makan yaitu terkait tingginya konsumsi makanan olahan dan fast food.

Dengan kata lain studi baru ini sepakat mengatakan alasan lain untuk mengurangi konsumsi garam adalah peningkatan asupan garam akan memicu penyakit autoimun, termasuk membuatnya bertahan lama di dalam tubuh.

Studi pertama menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh Hongkun Park, seorang dokter dari Harvard University, Cambridge. Park menggunakan sebuah perangkat silicone nanowires untuk mengubah gen-gen di dalam sel kekebalan tanpa mempengaruhi fungsinya. Perangkat ini pun berhasil menjelaskan bagaimana cara kerja sel-sel TH17.

"Temuan ini pun berguna karena banyak pakar yang masih mencari-cari bagaimana cara mengendalikan sel-sel TH17 itu," ungkap rekan kerja Park, Aviv Regev, pakar biologi dari Massachusetts Institute of Technology.

Kemudian pada studi kedua, peneliti mengamati sel-sel kekebalan yang dihasilkan dalam periode lebih dari 72 jam, khususnya serum glucocorticoid kinase 1 (SGK1) yang bertugas mengatur kadar garam di dalam sel yang muncul setiap kali sebuah sel TH17 tercipta. Dengan menggunakan tikus sebagai obyek, peneliti memastikan sel-sel pada tikus yang dipapari pola makan bergaram tinggi memiliki lebih banyak ekspresi SGK1 serta mengandung lebih banyak sel TH17 dibandingkan tikus yang berada di lingkungan normal.

"Jika Anda meningkatkan konsumsi garam secara bertahap maka dari satu generasi ke generasi Anda akan memiliki sel TH17 ini," kata salah satu peneliti Vijay Kuchroo, seorang pakar imunologi dari Brigham and Women's Hospital di Boston, Massachusetts.

Studi ketiga mendasarkan risetnya pada kedua studi sebelumnya. Peneliti mendapati sekumpulan tikus yang mereka papari dengan makanan bergaram tinggi terlihat menghasilkan lebih banyak sel-sel TH17. Yang lebih meyakinkan lagi beberapa waktu kemudian tikus-tikus itu menderita multiple sclerosis parah yang disebut autoimmune encephalomyelitis.

"Sangat jelas terlihat dari percobaan pada hewan ini bahwa ada efek dramatis yang diakibatkan oleh perubahan konsumsi garam, dari rendah ke tinggi," ujar peneliti David Hafler, kepala departemen neurologi dari Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut seperti dilansir dari cbsnews, Senin (11/3/2013).

Kesimpulannya ketiga studi tersebut sama-sama memastikan bahwa garam dapat memicu munculnya enzim yang menciptakan sel-sel TH17. Namun Hafler mengingatkan bahwa garam mungkin tak hanya satu-satunya pemicu penyakit autoimun karena faktor genetik dan lingkungan tetap memainkan peranan yang lebih penting.

Hanya saja ada kemungkinan bahwa mengubah pola makan menjadi rendah garam akan bermanfaat bagi penderita penyakit autoimun.

1 komentar: