Rabu, 01 Mei 2013

Puasa bagi Penderita Maag

Pada rubrik Nutrisi edisi perdana Majalah Muslim Sehat, alhamdulillah kita telah mengetahui bahwa hampir semua penyakit kronis dan degeneratif berawal dari pencernaan yang tidak sehat. Untuk itu, sudah semestinya kita mengatur pola makan agar kesehatan menjadi lebih baik. Pola makan yang tidak teratur akan menimbulkan masalah pada lambung. Misalnya, pagi hari seseorang makan pagi pada pukul 07.00, dan makan siang pada pukul 13.00. Keesokan harinya, karena sibuk dia lupa sarapan. Jika hal ini menjadi kebiasaan, biasanya kemudian menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, muntah, perut perih, atau kembung.

Puasa dan Penyakit Maag

Alhamdulillah, kita telah memasuki bulan Ramadhan. Sebagai seorang muslim, tentu menginginkan puasanya dapat dijalani dengan sebaik-baiknya. Namun, pada orang yang menderita penyakit maag, terkadang timbul kekhawatiran dalam dirinya, apakah akan sanggup melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh atau tidak.
Penyakit maag sebenarnya bukan merupakan penghalang bagi seseorang untuk tetap berpuasa, selama dia dapat mengikuti pola makan yang benar dan tidak berlebihan dalam hal makanan. Bahkan para ahli menyatakan puasa memberikan banyak efek yang bermanfaat bagi berbagai gangguan pencernaan, termasuk dispepsia dan gastritis.
Penyakit maag yang dalam istilah kedokteran disebut sindrom dyspepsia mempunyai arti kumpulan gejala yang berhubungan dengan rasa nyeri/tidak nyaman pada saluran cerna bagian atas.
Gejalanya biasa ditandai dengan :
  1. Nyeri perut yang hilang timbul
  2. Rasa pedih pada ulu hati
  3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
  4. Nafsu makan berkurang
  5. Rasa lekas kenyang
  6. Perut kembung
  7. Rasa panas di dada dan perut
  8. Banyak mengeluarkan gas dari mulut
Dispepsia terbagi menjadi dua yaitu dispepsia organik dan dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional. Dispepsia organik adalah penyakit maag yang terjadi karena ada kerusakan/kelainan bentuk pada organ pencernaan, seperti tukak lambung/usus 12 jari, pankreatitis (peradangan pada kelenjar pankreas), penyakit saluran empedu, tumor atau polip. Sedangkan dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terjadi akibat kelainan fungsi dari saluran cerna. Penderita dispepsia fungsional biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, stres, merokok, dan alkohol.

Dispepsia Tidak Selamanya Gastritis

Meskipun gejalanya sama, dispepsia dan gastritis tidaklah sama. Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung yang ditandai dengan gejala rasa penuh pada perut, mual, rasa terbakar pada perut, dll. Adapun dispepsia adalah kumpulan dari keluhan-keluhan tadi. Seorang yang menderita gastritis akan mengalami sindrom dispepsia, sedangkan penderita dispepsia belum tentu menderita gastritis.
Gastritis disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat merusak lapisan lambung, seperti: alkohol, aspirin/asam asetil salisilat, atau keracunan makanan yang mengandung toksin stafilokokus. Penyebab lainnya yaitu bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini dapat hidup dalam selaput lendir dinding lambung. Gastritis yang disebabkan oleh bakteri ini umumnya terjadi pada gastritis kronis (gastritis yang menahun). Penyakit ini juga dapat menimbulkan tukak lambung (luka pada lambung).
Menurut dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, ahli penyakit dalam serta konsultan penyakit lambung dan pencernaan, seorang yang menderita penyakit maag dapat tetap menjalankan puasa selama dia dapat mengatur pola makannya dengan baik. Seorang yang menderita dispepsia organik perlu berhati-hati dalam menjalankan puasanya. Sebaiknya dia selalu menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter agar insya Allah aman untuk berpuasa. Bila perlu, konsultasikan dulu dengan dokter ahli pencernaan (gastrohepatologi), apakah aman untuk berpuasa atau tidak. Sementara itu, bagi mereka yang menderita dispepsia non-organik, biasanya penyakit maagnya membaik saat berpuasa, dengan izin Allah. Hal ini disebabkan karena pola makan menjadi lebih teratur saat berpuasa dan konsumsi makanan yang mengandung gas pun berkurang.
Namun, seseorang tidak dapat menilai dirinya sendiri, apakah penyakit maag yang dia alami adalah maag organik atau fungsional. Perlu pemeriksaan lebih lanjut melalui endoskopi (yaitu memasukkan alat dari mulut, sehingga bisa melihat kerongkongan,lambung sampai usus 12 jari secara langsung). Dari pemeriksaan ini baru dapat diketahui apakah terdapat luka pada saluran pencernaanya atau tidak, letaknya secara tepat, tingkat keparahannya, dan selanjutnya lebih mudah dalam menentukan obatnya.

Tips Berpuasa bagi Penderita Maag

Saat puasa, seorang yang menderita maag perlu memerhatikan pola makannya dengan baik. Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari antara lain :
  1. Saat sahur, makanlah secukupnya dan jangan berlebihan;
  2. Saat berbuka, mulailah dengan makan yang manis dan mudah dicerna seperti kurma, karena saat puasa kadar gula darah menjadi turun;
  3. Hindari makanan yang merangsang peningkatan asam lambung seperti kopi, susu, dan minuman bersoda. Jangan mengonsumsi alkohol dan rokok;
  4. Hindari makanan yang dapat menimbulkan gas di lambung seperti kubis, kentang, sawi, nangka, pisang ambon, melon, semangka, dan makanan yang mengandung asam seperti buah jeruk;
  5. Olahraga yang teratur tetapi tidak berlebihan akan menjadikan tubuh tetap segar, sehingga dapat mengurangi faktor risiko terserang maag;
  6. Hindari makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat pengosongan isi lambung seperti makanan berlemak dan coklat;
  7. Hindari juga mengonsumsi makanan yang terlalu pedas.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar