Assalamu a'laykum warahmatullahi wabarakatuh,
Segala puji hanya milik Allah Rabbal ‘Alamin zat yang menciptakan bumi
dan seisinya raja dari segala raja tak ada sekutu bagi-Nya, tak lupa
marilah kita bershalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu A’laihi
Wassalam serta para keluarganya, Shahabatnya dan orang-orang yang tetap
Istiqamah di jalan-Nya Amma ba’du...
Bencana besar telah menimpa umat Islam saat ini ketika mereka berpaling
dari Islam dan memilih demokrasi. Umat Islam yang sebagian besar kurang
paham dalam ajaran agamanya, telah disesatkan oleh para pemimpin yang
dianggap sebagai ulama. Mereka yang dianggap ulama telah melakukan
pendustaan terhadap umat dan agama Islam dengan mengatakan demokrasi
sesuai dengan ajaran Islam.. Apakah ulama tersebut tidak tahu atau
pura-pura tidak tahu tentang demokrasi???
Islam
adalah ad-Dien (sistim hidup) yang sempurna.. Tidak ada satu urusan
manusia yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan
manusia dengan manusia, yang tidak diatur Islam. Segala sesuatu yang
akan membawa kebaikan kepada manusia, telah disampaikan Allah lewat
Rasul-Nya. Tidak ada satu hal yang akan membawa keburukan, tidak
diperingatkan dan dicegah oleh Allah lewat Rasul-Nya.
Sebagai Sang Pencipta, Allah adalah Zat yang paling tahu akan hakikat
manusia dan alam semesta. Setelah Allah menciptakan manusia dan
menempatkan makhluk-Nya yang bernama manusia di dalamnya, mustahil kalau
Allah tidak membuat aturan untuk mengelola alam semesta dan manusia.
Maka Allah menciptakan aturan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia
dan alam semesta.
Aturan itu bernama Islam. Tentu
Islam adalah aturan yang paling cocok untuk mengatur alam semesta dan
manusia, karena, manusia, alam semesta, dan Islam adalah ciptaan Allah
SWT. Alam semesta yang diciptakan oleh Allah ini tentu akan menjadi
damai, baik, dan teratur kalau diatur dengan aturan penciptaNya.
Namun sangat disayangkan banyak orang yang mengaku Muslim tidak
memahami akan hal ini, sehingga mereka memilih aturan lain selain aturan
Allah untuk mengatur kehidupannya. Salah satu sistim hidup yang
digandrungi dan dipuja oleh manusia pada saat ini adalah demokrasi.
Dan sungguh memilukan ketika umat Islam yang telah diberikan oleh Allah
: Dien yang sempurna, berpaling dari Islam dan memilih demokrasi
sebagai sistim hidupnya. Sebagian besar (hampir seluruh) umat ini yang
tertipu dengan demokrasi. Mereka beranggapan bahwa demokrasi adalah
ajaran Islam.
Sekiranya mau mempergunakan akalnya
dan mata hatinya tidak buta, tentu mereka yang mangaku cendikiawan
Muslim tidak akan mengatakan bahwa demokrasi sesuai dengan ajaran Islam.
Antara demokrasi dan Islam dari segi makna, sumber ajaran, dan
hakikatnya, jelas berbeda. Lalu dari mana mereka itu mengatakan bahwa
demokrasi sama dengan Islam.
Dan barang siapa
mencari agama (ad-Dien/tuntunan hidup) selain Islam, maka tidak akan
diterima. Dan di akhirat , dia termasuk orang yang rugi. (QS: Ali Imran
(3) : 85).
Mari kita analisis secara jernih dan jujur bahwa antara Islam dan demokrasi saling bertentangan
Pertama :
Secara bahasa , demokrasi berasal dari bahasa Yunani. Dari kata ‘Demos”
dan “Kratos” demos artinya rakyat, sedangkan kratos artinya kekuasaan
atau pemerintahan. Maknanya adalah pemerintahan/ kekuasaan rakyat. Pada
prakteknya adalah suatu pemerintahan yang dijalankan dengan kehendak
rakyat (mayoritas rakyat). Maka sistim kekuasaan yang berlaku, hukum
undang-undang, program penguasa suatu Negara ditentukan oleh suara
mayoritas rakyat atau wakilnya. Adapun makna Islam secara bahasa berarti
masuk dalam kedamaian, sedangkan secara syara, Islam berarti pasrah
kepada Allah. Betauhid dan tunduk kepada-Nya. Taat dan membebaskan diri
dari syirik dan pengikutnya. Maka itu jelas dalam Islam : ketundukan ,
ketaatan, dan kepatuhan adalah hanya kepada Allah, termnasuk dalam
menjalankan pemerintahan, politik, hukum, dan undang-undang.
Dalam Islam, hukum adalah hak Allah untuk membuat dan menentukannya.
Dalam demokrasi membuat hukum ada di tanagan rakyat atau wakilnya, yaitu
anggota legislative. Jadi sangat jelas bahwa Islam bertolak belakang
dengan demokrasi. Ini bisa dilihat oleh setiap orang yang memilili mata
kecuali orang buta.
Kedua :
Demokrasi bersumber dari akal manusia. Peletak dasar demokrasi adalah
Jean Jasques Russao, orang Rusia, yang kemudian disempurnakanoleh
Montesque dengan ajaran trias politika. Dalam Trias Politica disebutkan
bahwa kekuasaan terbagi menjadi tiga yaitu : Legislatif sebagai pembuat
undang-undang, Eksekutif sebagai pelaksana undang-undang, Yudikatif
sebagai pengawas undang-undang.
Adapun Islam
bersumber dari wahyu Allah yang disampaikan kepada Rasulullah SAW dengan
perantara malaikat Jibril As. Dalam Islam yang membuat undang-undang
adalah hak Allah SWT. Undang-undang itu dilaksanakan oleh manusia.
Demokrasi berasal dari pikiran manusia yang penuh dengan kelemahan dan
kekurangan. Sedangkan Islam, berasal dari Allah yang maha sempurna.
Bagaimana mungkin keduanya sama?
Ketiga :
Dalam demokrasi orang bebas untuk memilih agama dan berpindah agama,
sehingga tidak mengapa bila seorang Muslim murtad, berpindah agama
Yahudi atau Nasrani atau agama lainnya. Dalam Islam orang yang berpindah
agama (murtad) hukumannya adalah dibunuh.
Seperti sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah!!!”
Islam tidak memaksakan orang untuk menjadi muslim, namun ketika seorang
sudah masuk Islam, dia harus taat dan tunduk pada perintah serta ajaran
Islam, dan dia tidak boleh keluar dari Islam.
Dalam
ajaran demokrasi , setiap orang yang beragama apa saja tidak disebut
kafir. Dalam Islam, orang yang beragama selain Islam disebut kafir.
Keempat :
Manusia mempunyai kedudukan yang sama derajatnya dalam demokrasi, baik
kafir maupun muslim (namum kenyataannya nagara pengusung demokrasi
(Barat) merasa superior, dari bangsa lainnya) dalam Islam, orang Muslim
(beriman) lebih mulia derajatnya dari orang kafir.
Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati. Sebab
kamu paling tinggi derajatnya jika kamu orang beriman” (QS Ali Imran
(3):139).
Keempat hal di atas adalah sebagian kecil
pertentangan antara Islam dan demokrasi. Adapun yang perlu diperhatikan
adalah hakikat dari ajaran demokrasi. Hakikat dari ajaran demokrasi
adalah pemberian kekuasaan kepada mayoritas rakyat atau wakilnya untuk
membuat hukum atau undang-undang. Dimana hukum atau undang-undang yang
telah disepakati oleh para wakil rakyat akan ditaati dan dijunjung
tinggi oleh rakyat. Setiap orang yang melanggarnya akan dikenakan sanksi
sesuai dengan undang-undang tersebut.
Sedangkan
dalam ajaran Islam yang berhak untuk menetapkan hukum adalah Allah, dan
Allah juga yang mentapkan sanksinya terhadap orang yang melanggar
hukum-Nya. Oleh kerana itu, demokrasi adalah kemusyrikan, karena
menyerahkan hak Allah (membuat hukum) kepada manusia. Bahkan yang lebih
celaka, hukum yang dibuat oleh para anggota legislatif ada kalanya
menghalalkan yang diharamkan oleh Allah. Seperti membolehkan pelacuran
pada tempat tertentu yang diatur undang-undang. Membolehkan penjualan
dan pembuatan khamr (miras) pada tempat yang berizin.
Adalah suatu anggapan yang salah kalau dikatakan bahwa demokrasi sesuai
dengan Islam. Dalam demokrasi, segala sesuatu diputuskan dengan
musyawarah, musyawarah diajarkan dalam Islam.
Benar
kalau dikatakan Islam mengajarkan musyawarah. Tetapi bukan berarti Islam
sesuai dengan demokrasi. Dalam Islam, hukum telah ditetapkan oleh Allah
dan Rasul-Nya. Maka tidak ada hak bagi manusia untuk membuatnya. Yang
dimusyawarahkan dlm Islam adalah persoalan-persoalan tekhnis (cara)
dalam melaksanakan perintah Allah, manakala persoalan tekhnis itu belum
ditetapkan caranya oleh Allah SWT. Tidak smua urusan harus
dimsyawarahkan dalam Islam..
Sebaliknya, demokrasi
mengajarkan segala hal harus diputuskan dengan musyawarah. Termasuk
hal-hal yang hukumnya sudah ditentukan oleh Allah SWT. Bahkan menentukan
halal, haram, baik dan buruk yang semuanya itu telah ditetapkan oleh
Allah SWT, masih dimusyawarahkan. Sekiranya kita masih meyakini Islam
adalah ajaran yang benar dan sempurna.
Wassalamu a'laykum warahmatullahi wabarakatauh.
Oleh : Widjojo Hartono, Wartawan Senior.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar